--> بِسْــــــــــــــــمِاﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Rabu, 15 Januari 2014

Arung Jeram

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya.
ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka yang baru, dibandingkan dengan mendaki gunung ataupun olahraga-olahraga alam terbuka lainnya. Tidak banyak catatan yang dapat dibuka untuk mengetahui asal mula olah raga ini. Yang pasti olah raga ini dimulai di Amerika Serikat, setelah perang dunia II. Ketika beberapa orang enterpreneur menyusuri sungai Colorado dengan perahu jenis Pontoon sisa perang dunia. Kemudian perkembangannya menjadi pesat di tahun 60-an ketika teknologi rancangan dan bahan untuk membuat perahu seperti yang kita kenal sekarang ini mulai berkembang.
2 Sejarah Arung Jeram Dunia
Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia. Pengarungan ini dilakukan dengan menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai menjadi rakit dan digunakan sebagai alat transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang primitif menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat dari tempelan papan kayu oleh orang Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air.
Pada abad 19 seorang boyscout bernama Mc greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang dan mulai beralih ke plastik, alumunium, fibberglass, dan karet.
Setelah Perang Dunia II selesai, perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh para petualang untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.
Di tahun 1950, kegiatan ini mulai banyak digemari. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya, dengan material yang kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan yang lebih banyak.
Pada tahun 1983 mulai muncul sebuah perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari dalam perahu dengan nama Self Bailer yang diproduksi oleh Jim Cassady. Selain jenis ini ,dikembangkan pula perhu jenis Kataraf. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologi Rusia. Desain perahu ini diadopsi dari perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah bermunculan sarana-srana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti, kayak,canoe, board, dan lain sebagainya.
2.1 Sejarah Arung Jeram Indonesia
Negara kita yang sebagian besar terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan jika sejak dulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya suku Dayak yang mengarungi sungai Mahakam atau Kapuas dengan perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon yang dilubangi. Juga suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai Membramo.
Mulai trendnya kegiatan arus deras dengan perahu karet adalah pada saat diselenggrakannya Lomba Arung sungai Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung.
Momen tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak perkembangan Olah Raga Arus Deras/ Arung Jeram di Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian besar kelompok-kelompok Pencinta Alam seperti GPA, Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan serangkaian kegiatan ekspedisi.
Tanpa disadari, walaupun tidak terlalu pesat Olah Raga Arus Deras mulai berkembang, pada tahun 1987 GPA pun melaksanakan ekspedisi sungai Alas di Aceh sebagai bentuk eksisitensi di dunia Arus Deras atau pun penyusuran sungai.
Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh 30 klub arung jeram.
3 Pengenalan Alat-alat Arung Jeram
Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan berarung jeram. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang umum digunakan :
1. Perahu Karet
Perahu yang digunakan dalam berarung jeram bukan sekedar yang bisa mengambang. Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bailing), dapat melakukan manuver dengan cepat, sangat kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling mendukung bila ada salah satu tabungnya ada yang bocor.
Ukuran Perahu karet sangat bervariasi, dari 8 – 30 kaki. Yang biasanya dipergunakan untuk berarung jeram antara 12 – 18 kaki, tergantung dari sungai yang akan diarungi.
Jenis-jenis perahu karet :
a) LCR (Landing Craft Rubber)
b) OVAL
Perahu dengan rancangan bagian buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati jeram besar.
Perahu dibagi atas dua golongan yaitu:
a) Non self Bailing Floor
Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember/gayung untuk membuang air.
b) Self Bailing Floor
Perahu jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi dengan lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk kedalam perahu otomatis akan keluar dengan sendirinya.
2. Dayung
Dayung sebagai alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa digunakan untuk berarung jeram :
a)Dayung kayu
Dayung ini lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.
b)Dayung Fiberglass
Dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai pemakainya.
c)Dayung Alumunium dan Plastik
Dayung ini cukup ringan, mudah terapung, lebih kuat dari dayung lainnya. Dayung jenis ini yang lebih banyak dipakai berarung eram.
Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 – 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai pendayung awak atau pendayung kemudi/kapten.
3. Carabiner
Dalam kegiatan Arung Jeram sangat banyak gunanya,bisa dibuat untuk menggantungkan barang-barang, berguna untuk alat rescue.
4. Pelampung
Ada dua jenis pelampung yang biasa digunakan yaitu pelampung padat dan pelampung tiup. Jenis pelampung yang baik dan benar untuk berarung jeram adalah pelampung yang sesuai dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi sebagai penahan benturan terhadap benda keras). Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat , perlu dipertimbangkan mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan dibagian belakang kepala, agar kepala tetap terapung tengadah, apabila tidak sadarkan diri.
5. Helmet
Mengarungi sungai berjeram dengan letak batuan yang tidak beraturan atau sungai dengan tingkat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan. Tujuannya untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang baik harus ringan, tahan air, dan tidak mengganggu pandangan maupun gerakan.
6.Tali lempar (Throw Rope)
Panjangnya kurang lebih 30 meter. Tali ini digunakan untuk keadaan darurat dan dalam perahu harus ada satu gulungan tali ini dari jenis kernmantel dinamis.
7. Tali untuk membalikan perahu (Flip Line)
Biasanya dikaitkan disamping perahu. Apabila perahu terbalik maka tali ini dapat digunakan untuk membalikan perahu ke posisi semula.
8. Pompa
Pompa berguna untuk menjaga bila tabung perahu kempis. Sehingga alat tersebut sebaiknya dibawa pada saat pengarungan. Selain pompa kaki (foot-pump), terdapat pula pompa yang two barrel, artinya selain dapat memompa udara kedalam perahu, juga dapat menyedot udara dari dalam perahu. Tidak disarankan memompa perahu dengan menggunakan kompresor, karena udara yang keluar dari kompresor adalah udara panas. Hal ini dapat menyebabkan perahu pecah.
9. Peluit
Melakukan komunikasi lewat suara sangatlah sulit karena suara deru jeram sangatlah keras. Untuk mengatasinya digunakan peluit, yang dibantu abab-aba dengan tangan atau dayung.
10. Dry Bag
Dry bag digunakan untuk menyimpan/membawa barang-barang yang tidak tahan air seperti makanan, medical kit, dan lain-lain.
11. Perlengkapan P3K
Mutlak harus dibawa. Jenis obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
12. Prusik
Prusik yang kita bawa sebaiknya berukuran 50 – 60 % dari tali utama yang kita gunakan atau sekitar 5 – 7 mm. Dengan memakai simpul Double Fisherman ikatlah kedua ujung prusik menjadi loop (lingkaran). Sangat membantu saat menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig unutk menarik perahu yang terjebak rintangan di tengah sungai.
13. Pulley
Bisa juga digunakan dengan carabiner untuk mengurangi friksi saat penggunaan tali dengan menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig sehingga beban menjadi ringan saat di tarik. Diameter Pulley adalah 2 inchi, berdasarkan bending radius yang paling ideal. Tetapi sebenarnya dengan ukuran tersebut untuk rescue kit terlalu berat dan kurang efektif, karena itu sekarang terdapat Pulley dengan material yang sama tetapi berukuran lebih kecil dengan kekuatan 3000 – 5000 pounds.
14. Pisau Saku (Pocket Knives)
Dengan ukuran yang relatif kecil sehingga efisien untuk dibawa, dimasukan ke dalam saku pelampung. Gunanya banyak sekali selain untuk survival kit. Terdapat dua macam pisau yang biasa digunakan untuk berarung jeram, yaitu single-blade dan double-blade. Hanya yang perlu diingat cara menyimpannya agar tidak membahayakan diri sendiri.
4 Pengenalan Prosedur Arung Jeram
4.1Teknik Berarung Jeram
1. Posisi duduk di perahu
a) Cowboys Style
Posisi mendayung ini dilakukan dengan cara duduk ditabung perahu dan posisi kaki direnggangkan untuk menjepit tabung yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh diperahu. Kelemahan duduk di posisi ini adalah kaki yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena sebagian anggota tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun tebing yang ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style biasanya diperagakan hanya pada arus yang tenang.
b) Ladies style
Posisi ini digunakan dimana kedua kaki berada didalam perahu dan biasanya ujung kaki diselipkan pada tempat yang telah disediakan. Posisi itu sangat nyaman karena jauh dari benruran batu atau tebing.
2. Teknik mendayung
a) Teknik Oar
Dalam teknik ini pendayung haya satu orang dengan menggunakan dayung tipe oar yang digunakan berpasangan. Cara ini sangat efisien dalam penggunaan tenaga pendayung, bila dibandingkan dengan teknik paddle. Teknik ini membutuhkan suatu keterampilan tinggi dalam membaca arus dan menentukan lintasan yang ada disungai arus deras.
b) Tekik Paddle
Teknik ini dilakukan oleh tiga orang atau lebih tergantung dari kapasitas perahu yang akan digunakan dalam berarung jeram. Dayung yang digunakan ada dua jenis yaitu paddle berbilah satu dengan ukuran panjang 150 – 160 cm dan berbilah dua dengan ukuran 162 cm dari kedua bilah membentuk sudut 90 derajat.
Cara mendayung
a) Dayung Maju (Forward Stroke)
Jika blade dayung dimasukan kedalam air dan didorong ke belakang, maka akan menimbulakan tenaga yang dapat menggerakkan perahu kedepan. Semakin dalam memasukan blade dayung kedalam air ditambah dengan tenaga tarikan yang kuat maka tenaga untuk menggerakan perahu kedepan akan besar pula. Dayungan dengan tenaga yang besar ini diperlukan jika perahu harus menerobos hole yang cukup besar, dimana diperlukan kecepatan perahu yang cukup tinggi.
b) Dayung Balik (Backward Stroke)
Dayung balik atau dayung mundur adalah jika blade dayung dicelupkan kedalam air lalu dayung didorong kedepan maka akan menimbulkan tenaga yang dapat menggerakan perahu ke belakang. Pada saat mendorong blade dayung kedepan jangan menggunakan tangan sebagi poros putar karena tidak akan menimbulkan dayungan yang bertenaga. Yang paling efektif adalah menggunakan pinggang sebagai poros putar. Dayung balik ini sangat efektif untuk mengurangi kecepatan perahu jika harus melakukan manuver-manuver cepat jarak pendek.
c) Dayung Tarik (Draw Stroke)
Jika blade dayung dimasukan kedalam air tetapi posisi badan menjulur keluar untuk menempatkan blade dayung kedalam air agak jauh dari badan perahu, lalu ditarik kearah badan perahu. Dayung tarik ini sangat efektif untuk menggeser posisi perahu diatas air ketika melalkukan manuver perahu.
d) Dayung Menyamping (Pry Stroke)
Biasanya dilakukan oleh skiper atau pengemudi yang duduk diburitan perahu. Gerakan yang dilakukan merupakan kebalikan dari dayung tarik, dapat sebagai pelengkap mengendalikan perahu. Dayung Pry Stroke dibagi menjadi dua :
1. C Stroke
Dayung ini digunakan untuk membelokan perahu dengan cepat, caranya dayung digerakan membentuk huruf “ C” baik dari depan ke belakang ataupun sebaliknya.
2. J Stroke
Caranya dayung digerakan membentuk huruf “J” dari depan ke belakang. Biasanya digunakan untuk mempertahankan kemiringan.
3. Scaling
Digunakan dalam mempertahankan kemiringan sudut arah perahu dan juga bila memasuki jeram. Sangat efektif untuk mengemudikan perahu tanpa bantuan awak perahu lainnya. Caranya dengan mengkombinasikan beberapa dayungan atau semua dayungan tersebut diatas.
3. Aba- aba dan komunikasi diatas perahu
Dalam berarung jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengarungan adalah menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten inilah yang nantinya memberikan aba-aba kepada awak lainnya. Aba-aba yang diinstruksikan antara lain :
a) Aba–aba maju digunakan untuk mempercepat laju perahu kedepan dengan cara semua awak perahu mendayung bersamaan sedangkan skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu ketempat yang akan dituju.
b) Aba–aba kuat digunakan untuk menambah kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara mendayung dengan seluruh tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik kebelakang dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung pancung
c) Aba–aba kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu kearah kiri, dengan cara awak perahu yang duduk disebelah kanan mendayung maju sedangkan awak perahu disebelahkiri mendayung mundur.
d) Aba–aba kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke arah kanan dengan cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak perahu bagian kanan mendayung mundur.
e) Aba–aba stop digunakan bukan berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan memberhentikan gerakan mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah pemandu atau skipper unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat mengistirahatkan awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.
f) Aba-aba pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk menghindarkan dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap). Caranya bila kapten menginstruksikan untuk pindah kiri maka awak perahu yang disebelah kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu begitu juga sebaliknya. Instruksi ini harus dilakukan dengan gerakan yang cepat karena kalau terlambat akan menyebabkan perahu terbalik.
4. Padlle Manuver
Dasar utama melakukan paddle manuver yaitu dengan ferrying. Caranya arahkan sudut perahu kesebelah kiri atau kesebelah kanan dengan membentuk sudut 45 derajat arah arus lalu diikuti oleh awak perahu dengan mendayung kedepan secara bersamaan atau disebut juga ferrying 45 yang fungsinya menghindari stopper atau batu dijeram.
Ada dua jenis padlle manuver, yaitu :
a) Up Stream Ferrying artinya gerakan laju perahu kehulu sungai.
b) Down Stream Ferrying artinya gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada intinya sama dengan Up Stream namun bedanya ini menuju ke hilir.
5. Scouting
Adalah pengamatan awal sebelum mengarungi riam. Scouting dilakukan dengan dua cara yaitu scouting darat dan scouting diatas perahu.
a) Scouting darat
Scouting ini didarat dimana perahu kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri sungai Sambil mengamati jeram-jeram yang akan dilalui. Scouting ini dilakukan bila riam yang ada didepan kita tidak terlihat sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan atau permukaan sungai yang tiba-tiba hilang.
b) Scouting diatas perahu
Scouting ini dilakukan diatas perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih dahulu. Scouting ini digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu keputusan dalam memasuki suatu jeram. Scouting ini biasa juga disebut dengan istilah “Read and Run”.
4.2 Karakteristik Sungai
Karakteristik sungai yang satu dengan yang lainnya berbeda. Faktor utama yang membedakannya adalah :
a) Volume air
Besarnya volume air sungai tergantung daerah aliran sungai yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Volume air atau debit air sungai dapat dihitung dalam satuan cfs, atau meter kubik per detik (m3/det). Mengetahui volume air sangatlah penting untuk memperhitungkan tingkat kesulitan sehingga dapat memperkirakan resiko yang akan dihadapi dalam pengarungan. Umumnya, jika volume air meningkat maka akan berbanding lurus dengan tingkat kesulitannya., begitu juga sebaliknya.
b) Tingkat kemiringan atau kecuraman
Biasanya disebut juga dengan gradien yaitu menunjukan rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda, gradien dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya dinyatakan dala m/km. Umumnya gradien sungai untuk kegiatan arung jeram berkisar antara 10 – 20 m/km. Kecuraman atau kemiringan sungai dapat dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kecepatan dan kesulitan alur aliran sungai.
c) Tonjolan dasar sungai (Roughness)
Letak batuan atau tonjolan didasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran sungai. Semakin tidak beraturan letak batu didasar sungai semakin besar pusaran airnya. Terjadinya sebuah jeram sangat ditentukan oleh bentuk dan ukuran serta tata letak dari batuan yang berada dibawah permukaan air sungai.
d) Penyempitan lebar penampang sungai (Constriction)
Penampang sungai tidak selalu sama lebarnya. Semakin sempit penampang sungai, semakin deras arusnya. Biasanya setelah penyempitan maka akan terbentuk ombak beruntun.
Bentuk–bentuk arus sungai (Riam)
Riam adalah berbagai macam bentuk dan kecepatan aliran sungai, baik dari permukaan hinga dasar sungai. Biasanya arus tercepat adalah ketika mendekati permukaan. Berikut bentuk-bentuk arus yang ada di sungai.
a) Aliran Utama (Main Flow)
Arus sungai yang paling cepat adalah aliran utama. Aliran utama marupakan bagian dari lintasan sungai yang paling baik untuk diarungi karena merupakan daerah paling dalam dan paling cepat arusnya , selain itu juga paling aman dan paling menyenangkan.
b) Jeram (Rapid)
Merupakan bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan turbulensi. Barisan jeram pada umumnya diselingi dengan lubuk sungai, yaitu bagian dari sungai yang dalam dan mengalir tenang.
Jeram terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu:
1. Lidah Air (Tongue)
Terbentuk diantara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan percepatan. Bentuknya menyerupai huruf “V”. umumnya merupakan lintasan yang terbaik untuk diarungi.
2. Gelombang Tegak (Standing Wave)
Karena penurunan dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa tonjolan batuan yang menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan gelombang terbesar, selanjutnya lebih kecil dan akhirnya menjadi datar kembali. Barisan gelombang ini terbentuk setengah lidah air.
3. Gelombang Balik (Reversal)
Merupakan arus yang berputar dari bawah keatas dan membalik kearah hulu disebabkan penurunan dasar sungai secara ekstrim
Ada tiga jenis gelombang balik
a) Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air.
b) Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk diding yang hampir vertikal.
c) Gelombang pecah, disebabkan oleh kemiringan didasar sungai dan tiba-tiba mendatar kembali.
4. Arus Balik (Eddies)
Arus balik adalah tempat dimana arus sungai seakan-akan berhenti atau mengalir balik kearah hulu dan seperti pusaran.
Macam-macam eddies :
a) Mid stream eddies adalah eddy yang terletak ditengah sungai, seperti ada rintangan atau batu ditengah sungai , maka akan terbentuk eddy ditengah sungai dibalik rintangan itu.
b) Short Line Eddies adalah eddy yang terletak dipinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau lengkungan di pinggir sungai.
Tingkat kesulitan sungai menurut skala Internasional
1. Skala I : “Easy”
Berombak-ombak kecil, tanpa hambatan yang berarti.
2. Skala II : “Medium”
Riam yang tidak begitu sulit dilalui denganlintasan yang bersih dari batu-batu. Memerlukan pengalaman dan perlengkapan perahu yang memadai
3. Skala III : “Difficult”
Banyak ombak tinggi, tidak beraturan, berbatu-batu, arus balik, riam-riam dengan lintasan yang bersih dari batuan. Biasanya memerlukan scouting, membutuhkan perahu yang baik dan tim yang terlatih
4. Skala IV : “ Very Dificulty”
Jeram-jeram yang panjang, ombak-ombak yang kuat, tak beraturan, jeram yang satu diikuti dengan jeram yang lainnya. Arus balik yang kuat, sukar melakukan scouting. Diperlukan kekuatan penuh dan kecepatan manuver, serta perahu dan peralatan yang sangat baik.
4.3 River Rescue
Pengarungan sungai akan lebih aman apabila dilakukan dua atau lebih perahu yang melakukan secara bersama-sama, tetapi akan lebih baik lagi apabila perahu-perahu tersebut didampingi oleh lead raft yang selalu berada didepan dan sweep raft yang bertugas menyapu dibelakang.
Lead raft biasanya terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dan bertindak sebagai penunjuk jalan bagi perahu sesudahnya. Sedangkan sweep raft yang berisi orang-orang yang ahli juga tetapi berfungsi sebagai back up pada perahu yang ada didepannya.
Ketika terjadi kecelakaan/masalah di sungai, dibutuhkan orang yang segera bertindak dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan memang diperlukan.
Self Rescue
Seorang rafter harus mampu melakukan self rescue dengan baik. Seperti : bagaimana cara berenang dengan teknik agresif atau defensif, bagaimana membalikan perahu terbalik dengan cepat serta mengamankan atau menolongkan awak perahu yang terjatuh kesungai.
1. Berenang di sungai
Berenang di sungai berbeda dengan berenang di kolam renang. Disungai berjeram pendayung harus mengetahui letak eddies, arus yang kuat serta tanda-tanda bahaya yang akan dihadapi. Yang pasti ketika berenang di sungai harus relax dan aman.
Ada dua jenis teknik berenang di sungai berjeram, yaitu agresif (berenang dengan gaya bebas) dan defensif (berenang dengan gaya punggung dengan kaki menghadap ke hilir) atau kombinasi kedua gaya tersebut dengan teknik sebagai berikut : berusaha tetap tenang, mengahadap kearah downstream, berenang dengan gaya punggung dengan kaki diangkat kepermukaan air dan kaki di depan (kearah downstream) serta tangan kesamping untuk mencari irama arus dan bernafas di lembah gelombang. Kalau perlu putar kepala kekiri atau kekanan kalau ada ombak atau gelombang dan setelah melihat eddies arahkan tangan ke wilayah dalam eddies dan rubah posisi renang dengan teknik agresif.
2. Re-Flip
Jika suatu saat perahu terbalik karena sesuatu hal, awak perahu harus segera membalikan kembali perahu dan menolong teman-temannya yang hanyut.. Membalikan perahu dapat menggunakan tali flip yang berada dipiggir perahu.
Seorang rafter yang terlatih dapat menaiki perahu dari semua sisi tetapi yang paling mudah untuk dinaiki adalah bagian depan dan belakang perahu dengan cara memegang self bailer. Pada saat membalikan perahu harus hati-hati ketika menjatuhkan diri ke air, karena apabila menjatuhkan diri mengenai batu maka bahaya lanjutan akan dihadapi.
3. Hole dan Dam
Kekuatan arus balik yang tinggi pada hole yang besar serta dam dapat membuat awak perahu atau pendayung berputar-putar tanpa menemui jalan keluar. Pelampung yang dipakai mungkin tidak cukup membuat awak perahu tersebut mengapung dan apabila ini terjadi maka harus menggunakan teknik bagaimana keluar dari jebakan arus putar tersebut.
Satu-satunya jalan keluar adalah pada bagian bawah arus sungai. Awak perahu diharuskan tidak panik dan mengingat mana arus yang membuat dia berbalik arah semula (Back Wash) dan mana arus yang bawah (dorongan dari upstream) yang kuat. Pada posisi backwash adalah posisi tempat dimana pendayung bernafas dan setelah itu apabila kita pada posisi air jatuh, maka posisi yang terbaik posisi jongkok dengan memegang-melingkari kaki dan mengikuti arus bawah yang akan membawa kita ke posisi outflow dan setelah itu berenanglah ke pinggir sungai. JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK KELUAR DARI HOLE …!!
Pada dam, kejadian akan lebih sulit lagi. Hanya ada satu syarat pada dam, yaitu “ jangan lewati jenis jeram seperti ini karena anda akan diputar sampai air sungai menjadi kering.
4. Strainers and Sweepers
Strainers dan sweepers terjadi disebabkan oleh halangan pohon atau batangan bambu yang melintang dipermukaan sungai. Strainers atau sweepers dapat menahan pelampung atau dayung yang tercebur disungai pada ranting atau penghalang yang berada dibawah permukaan strainer.
Cara melewati strainers adalah dengan cara : apabila kita sudah mendekati strainers maka teknik berenang dirubah menjadi agresif dan dengan sekuat tenaga melompati penghalang tersebut. Ingat, arus strainer tersebut sangat kuat sehingga dapat menyedot kita kebawah.
5. Menolong perenang dari atas perahu
Ketika perahu mengalami benturan dengan batu atau jeram yang besar, mungkin ada satu atau dua penumpang yang jatuh ke sungai, maka pendayung yang berada diatas perahu harus melakukan pertolongan dengan cepat agar tidak mengalami situasi yang lebih berbahaya yaitu dengan cara :
Dekatkan perahu dengan perenang , apabila jauh gunakan T-Grip agar dia bisa meraihnya. Setelah meraih perenang, hadapkan pada perahu dan pegang bagian pundak serta tarik dengan cepat keatas perahu. Selama menolong perenang perahu harus pada posisi siap dalam memasuki jeram-jeram berikutnya, karena jangan sampai semua penumpang menjadi perenang.
6. Wrap
Wrap adalah kondisi dimana perahu terjebak di batu dimana salah satu sisi perahu dibawah permukaan air atau seluruh sisinya terjebak dibawah permukaan air/tertahan oleh batu. Perahu yang mengalami wrap diatas batu-mungkin masih menyisakan temapat untuk pendayung diatas batu, tetapi apabila kejadian wrap ditebing maka keadaan bahaya menunggu seluruh pendayungnya, karena kita tidak tahu apa yang ada dalam permukaan air. Oleh karena itu seorang rafter jangan pernah berpikir untuk melakukan kesalahan manuver sehingga menyebabkan wrap.
Apabila keadaan wrap terjadi, maka jangan panik. Lakukan prioritas rescue, yaitu :
a) Keamanan diri sendiri
b) Keamanan dari setiap pendayung
c) Baru keamanan perlengkapan
Z drag
Z-Drag system adalah sistem tali yang populer unutk rescue perahu yang mengalami wrap Z-Drag System yang dasar adalah 3 : 1, (Lihat Gambar) dimana dibutuhkan satu tali yang panjang, pulley, carabiner, prusik, dan webing unutk anchor. System ini bisa dikembangkan sampai 9 : 1.



ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّٱلْعَٰلَمِين