Detik
terakhir
Berbicara
tanpa syarat.
Bukan
kewajiban keikhlasan maupun kebutuhan.
Satu
detik pasti kan berakhir bersamanya & takkan pernah menoleh apalagi kembali
walau hanya satu detik.
Kehidupan
hanya mengenal hidup atau mati, awal yang pasti akan berakhir.
Detik
terakhir.
Hanya
berupaya bersama dayanya.
Di
tangan-Nya-lah keputusan tertera.
Detik
terakhir.
Sanggupkah
mengejar bayang-bayang sendiri tat kala sang fajar menjelma hingga senja
kembali menjemput? Atau mengambil bayang-bayang sendiri dalam kegelapan malam?
Detik
terakhir.
Satu
detik pastikan berakhir.
Mengakhiri
satu detik terakhir hidup dengan kehidupannya.
Titik-titik
jenuh mulai menyelinap pelan, tapi terasa pasti dan kasar.
Apa
yang harus dilakukan bila awal begitu kasar dan titik-titik jenuh mulai
menghela nafas panjang tanpa rasa.
Bagai
mana bisa bertahan bila semuanya tanpan nyata.
Tak
semua yang dirasa dan dilihat itu nyata.
Begitu
jua cahaya terang benderang yang slama ini menyinari tengah terurai entah
kemana.
Semuanya
hanyalah kumpulan materi-materi belaka.
Semuanya
hanyalah abstrak yang telah kita pahami bersama.
Bahkan
tubuh ini, salain semaian benih-benih keyakinan dihati.
Sang
fajar menjelma diufuk timur & senjapun kembali menjemput diufuk barat.
Biarlah
angin terbang kemana, tanpa arah & tujuan.
Airpun
mengalir menelusuri waktu yang terus bergulir.
Biarlah
lilin-lilin itu tetap bersinar, karena detik terakhir hanyalah kuasanya.
Apakah
begitu bijak apa bila hanya menunggu sebuah takdir yang tentunya tak pasti endingnya.
Apakah begitu bijak hanya tetap terdiam & terus
terdiam sampai sang mentari berkata “hai aku ada di depanmu & nyata adanya
& kamupun bisa menggengam cahayaku dengan pasti”
Apakah
harus seperti itu?
Lilin-lilin
itu pasti kan tetap bersinar, biarpun hanya berteman sepi.
Tak
semua pertanyaan terjawab, bahkan oleh deru ombak sekalipun.
Tak
semua pula cerita kan berakhir, walaupun detik-detik telah berakhir.
Deretan
cakrawala membentang entah di mana ujung maupun pangkalnya.
Bahkan
anginpun tak tau kapan & dimana ia akan berlabuh tuk lepas penat.
Biarlah
tetap hijau hingga diujung senja.
Karena
di ujung senja itulah bunga-bunga bermekaran.
Lilin-lilin
hanya menemani sebentar saja, apa bila sumbunya telah habir terbakar, maka
terangnya akan lenyap saat itu juga.
Menanti
atau menunggu bukanlah jawaban yang pasti tuk membuat rasa menjadi tenang.
Itulah
waktu, biarpun tanpa ditunggu toh kalau saatnya tiba, kan datang jua.
Hanya
saja sejauh mana langkah kaki berpijak, sjauh mana waktu kan mengiringi.
Lilin-lilin
itu hidup selama hidupnya.
Begitu
juga diri ini hidup salama hidupku.
Lilin-lilin
kecilku cerminan keikhlasanku, & akan kembali tat kala telah dikembalikan.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّٱلْعَٰلَمِين