--> بِسْــــــــــــــــمِاﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Rabu, 15 Januari 2014

detik terakhir

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Detik terakhir
Berbicara tanpa syarat.
Bukan kewajiban keikhlasan maupun kebutuhan.
Satu detik pasti kan berakhir bersamanya & takkan pernah menoleh apalagi kembali walau hanya satu detik.
Kehidupan hanya mengenal hidup atau mati, awal yang pasti akan berakhir.
Detik terakhir.
Hanya berupaya bersama dayanya.
Di tangan-Nya-lah keputusan tertera.
Detik terakhir.
Sanggupkah mengejar bayang-bayang sendiri tat kala sang fajar menjelma hingga senja kembali menjemput? Atau mengambil bayang-bayang sendiri dalam kegelapan malam?
Detik terakhir.
Satu detik pastikan berakhir.
Mengakhiri satu detik terakhir hidup dengan kehidupannya.

Titik-titik jenuh mulai menyelinap pelan, tapi terasa pasti dan kasar.
Apa yang harus dilakukan bila awal begitu kasar dan titik-titik jenuh mulai menghela nafas panjang tanpa rasa.
Bagai mana bisa bertahan bila semuanya tanpan nyata.

Tak semua yang dirasa dan dilihat itu nyata.
Begitu jua cahaya terang benderang yang slama ini menyinari tengah terurai entah kemana.
Semuanya hanyalah kumpulan materi-materi belaka.
Semuanya hanyalah abstrak yang telah kita pahami bersama.
Bahkan tubuh ini, salain semaian benih-benih keyakinan dihati.
Sang fajar menjelma diufuk timur & senjapun kembali menjemput diufuk barat.
Biarlah angin terbang kemana, tanpa arah & tujuan.
Airpun mengalir menelusuri waktu yang terus bergulir.
Biarlah lilin-lilin itu tetap bersinar, karena detik terakhir hanyalah kuasanya.

Apakah begitu bijak apa bila hanya menunggu sebuah takdir yang tentunya tak pasti endingnya.
Apakah  begitu bijak hanya tetap terdiam & terus terdiam sampai sang mentari berkata “hai aku ada di depanmu & nyata adanya & kamupun bisa menggengam cahayaku dengan pasti”
Apakah harus seperti itu?

Lilin-lilin itu pasti kan tetap bersinar, biarpun hanya berteman sepi.
Tak semua pertanyaan terjawab, bahkan oleh deru ombak sekalipun.
Tak semua pula cerita kan berakhir, walaupun detik-detik telah berakhir.
Deretan cakrawala membentang entah di mana ujung maupun pangkalnya.
Bahkan anginpun tak tau kapan & dimana ia akan berlabuh tuk lepas penat.

Biarlah tetap hijau hingga diujung senja.
Karena di ujung senja itulah bunga-bunga bermekaran.

Lilin-lilin hanya menemani sebentar saja, apa bila sumbunya telah habir terbakar, maka terangnya akan lenyap saat itu juga.
Menanti atau menunggu bukanlah jawaban yang pasti tuk membuat rasa menjadi tenang.

Itulah waktu, biarpun tanpa ditunggu toh kalau saatnya tiba, kan datang jua.
Hanya saja sejauh mana langkah kaki berpijak, sjauh mana waktu kan mengiringi.
Lilin-lilin itu hidup selama hidupnya.
Begitu juga diri ini hidup salama hidupku.
Lilin-lilin kecilku cerminan keikhlasanku, & akan kembali tat kala telah dikembalikan.


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّٱلْعَٰلَمِين