--> بِسْــــــــــــــــمِاﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Rabu, 15 Januari 2014

Mendaki gunung

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Mendaki gunung ( petualangan pada umumnya ) adalah suatu olahraga keras yang membutuhkan ketrampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan seakan merupakan daya tarik tersendiri, pada hakekatnya bahaya dan tantangan itu untuk menguji kemampuan diri bersekutu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Mountaineering dalam pengertian yang sebenarnya mencakup tiga aspek perjalanan, yakni :
1.         Hill   walking
Yaitu perjalanan pendakian yang landai tanpa membutuhkan peralatan tehnis. Di Indonesia jenis perjalanan ini yang paling banyak dilakukan, hal ini dikarenakan kondisi karakteristik gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya aspek perjalanan ini, dalam konteks selanjutnya hill walking kita sebut mendaki gunung.
2.         Scrambling
Yaitu perjalanan pada tebing batu yang tidak begitu terjal dengan menggunakan tangan untuk menjaga keseimbangan, di Indonesia hanya beberapa jalur pendakian saja yang memiliki karakteristik seperti ini, misalnya dinding utara ( bagian tengah ) puncak gunung merapi ( Pasar bubrah – Puncak Garuda ) via Selo, untuk melewatinya harus ekstra hati-hati karena batuan yang ada termasuk batuan gerak yang mesti kita cek kekuatannya dalam menahan beban tubuh kita.
3.         Rock climbing dan snow and ice climbing
Yaitu merupakan perjalanan pendakian yang memerlukan kemampuan tehnis serta penggunaan khusus sebagai pengaman, di Indonesia hanya beberapa tempat saja yang memiliki karakteristik seperti ini, misal Tebing Citatah, Tebing Parang Endog, Beberapa tebing di Pantai Siung, Tebing Pagag, Puncak Jayawijaya.

Aktivitas ini pertama kali dikenal, setelah Sir Alfred Fails berhasil menaklukan puncak Wetterhorn ( 3780 m Dpl ) pada tahun 1854 sebagai wujud ke-prihatinan-nya atas pengeksplotasian hutan secara besar-besaran sebagai akibat terjadinya revolusi industri di Inggris, disusul kemudian dengan berdirinya British Alpine Club pada tahun 1875. Dan dilanjutkan dengan keberhasilan John Hunt, Hillary dan Tenzing Norkay menaklukan puncak Everest di pegunungan Himalaya pada tanggal 29 Mei 1953, meski sampai saat ini masih menjadi perdebatan siapa yang sebenarnya pertama kali           ( Hillary atau-kah Tenzing ) yang menapakkan kakinya dipuncak itu.
 Sedangkan di Indonesia sendiri dikenal luas setelah Sudarto, Sugirin, Fred Ataboe dan pendaki Jepang menjejakkan kakinya di puncak Soekarno di pegunungan Jayawijaya pada tahun 1964. Dan pada tahun itu pula mulailah didirikan organisasi petualangan di alam bebas di Indonesia yaitu Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta. Secara organisatoris bisa jadi kualitas kedua organisasi ini lebih unggul dibanding organisasi sejenis lainnya  karena sistem keduanya telah teruji lebih dari 3 dasawarsa. Namun begitu, kualiatas individu masing-masing anggota yang se angkatan bisa jadi tidak jauh berbeda dengan organisasi lainnya, karena hal itu berhubungan dengan daya intelektual dan semangat juang masing-masing individu.


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّٱلْعَٰلَمِين